Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar..
Allahuakbar..
Ya Allah, terima kasih ya Allah telah menyelamatkan hamba dan keluarga dari bencana yang tidak dapat diduga-duga. Alhamdulillah Ya Allah.
Ya, begitulah kejadian semalam, kisaran pukul 21.50 malam. I was watching Full House Korean drama on television. I was sleepy, but I did’t want to sleep. I enjoyed watching tv. And rain was coming. But just about 2-3 minutes, I think. Bapak yang tidak terlalu sehat sedang tidur di kamar. Sedangkan mamaku mempersiapkan adik-adikku untuk tidur. Aku hanya diam di tempat.
Lalu, tanpa disangka-disangka angin yang begitu kencang datang. Gorden-gorden rumahku beterbangan. Aku merasakan rumah seperti ingin terangkat. Suara bergemuruh terdengar. Bapak menyuruhku mematikan televisi. Sedangkan mama mulai gelisah, menyuruhku masuk ke kamar bersama adik. Aku sangat takut, angin terus bertiup kencang. Seluruh tubuhku terasa dingin. Bapak masih di atas tempat tidur, mulai membaca doa. Mamaku mengunci pintu, mematikan beberapa lampu. Ya, memang di saat itu kami harus mematikan lampu, takut akan terjadi arus pendek (korsleting). Mama lalu memakaikan jaket untuk adik-adikku. Aku hanya berdiam diri di depan tembok sambil membaca doa.
Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim. Jauhkanlah keluarga hamba dari bencana ini Ya Allah. Namun, angin malah bertambah kencang. Aku tak bisa menahan air mata. Bapak mengumandangkan adzan. Lampu lalu mati. Pasir-pasir mulai memenuhi lantai rumahku. Pasir itu akibat bawaan angin dari pantai. Rumahku memang dekat dari pantai. Di belakang rumah terdapat pohon mangga yang cukup besar. Aku takut pohon itu tumbang lalu mengenai rumahku. Aku masih berdiri di dekat dinding, memeluk adik-adikku yang juga menangis. Aku terus menangis mendengar suara bapak yang terus mengumandangkan adzan. Bapak keliling rumah, dengan mulut tak hentinya mengucapkan kalimat adzan. Ya Allah, aku takut.
Aku dan keluarga bisa merasakan suara seng rumah lepas. Entah bagaimana nasib mereka yang rumahnya tepat di daerah pantai. Kami saja yang berjarak kurang lebih 20 meter dari pantai merasakan angin yang dahsyat apalagi mereka. Lalu lampu menyala kembali. Angin belum berencana untuk berhenti. Begitu pun tetes air mataku.
Ini sungguh sebagai peringatan. Aku mengingat semua hal yang telah aku lakukan. Perbuatanku penuh dengan dosa. Aku sadar. Aku juga beruntung memiliki bapak yang taat beragama. Aku sungguh beruntung memiliki keluarga yang harmonis. Lalu angin berganti dengan hujan. Sebanyak tiga kali bapak melantunkan kumandang adzan. Alhamdulillah, kami selamat. Peringatan yang berlangsung kurang lebih lima menit sungguh sangat berharga. Malam itu, aku terlelap dalam hembusan angin. Terlalu tegang untuk kejadian yang baru saja kualami.
Kejadian malam itu…. Bagaimana Allah menyelamatkan sekelompok manusia yang penuh dosa..
Comments
Post a Comment