Hahaha... I remembered accident this afternoon making me laugh..
The first, my daily activity began in Mathematic’s classroom.
Hmm, pikiranku kacau menulis blog ini. Jadi, begini jalan ceritanya. Pagi tadi, entah kenapa aku sangat mengantuk belajar matematika di kelas. Mungkin karena semalaman bergelut dengan laptop (menyelesaikan tugas diri -- what? Ada dehhhh).. Begini, sekarang kan lagi gempar-gempornya Cagub berkampanye. Nah, hari ini, salah satu Cagub kampanye di lingkungan tempat tinggalku atau dengan kata lain panggung kampanyenya tepat di depan rumahku di Kompleks Gaspol. Suara speaker-nya itu loh yang membangunkan aku. Baru jam 5.30 am, mereka udah bunyiin tuh speaker. Cepat banget kan??
Ya, aku sadari aku begitu mengantuk di kelas. Tapi mataku akhirnya berubah menjadi tajam saat aku harus latihan debat. Capekkkkkk…. 1000 kali capekkkkk.. But I like debating. I like different opinions. Jadi, hariku selama 3 jam di sekolah kuhabiskan untuk latihan debat. Nah, latihan debatnya kan di ruang guru, jadinya bisa perhatiin deh kelakuan guru yang bisa dibilang masih *disensor*. Astagfirullah…
Sekolahku kan punya asisten guru dari AMINEF, namanya Christopher Ward. Yang paling aku ingat tadi siang, aku melihatnya makan makanan asli Indonesia dengan enjoy. Lucu 1000x lucu, karena ia juga makan sambusa, makanan tradisional itu. Heheh.. tabah banget ya orangnya. Ga nyangka loh padahal dia itu muridnya Paman Sam. Selain itu, aku juga dapat masalah. Aku udah dua kali ditemukan oleh guru penegak aturan membawa gelas air mineral masuk ke ruang kelas dan guru. Aku udah diperingati. But, itu kebiasaanku. Aku sering merasa haus. Aku belum bisa terbiasa dengan peraturan baru di sekolah yang menyatakan tidak boleh membawa makanan dan minuman ke dalam kelas. Siapa sih yang buat peraturannya? Dia tidak tahu apa kalau lebih dari 90% tubuh manusia itu adalah air. Perlu belajar biologi tuh.. heheheh.
Terlepas dari kejadian ruang guru dan masalah yang menimpaku, yang paling aneh terjadi saat aku pulang. Bayangkan, aku dan teman-teman harus menunggu angkutan umum selama 45 menit. Why ladies and gentlemen? Hanya ada satu jawaban. Karena di depan sekolah ada kampanye pilgub yang maybe supporter-nya sepanjang 50 km. Wow, begitu panjang kan? Jadinya ga ada angkutan yang bisa lewat. Sumpah, mataku udah kering lototin wajah-wajah suporter yang ga jelas. Udah panas, capek berdiri, banyak debu, complete deh penderitaanku bersama teman-teman. Udah keluar nih ngomel-ngomel ga baik.. hawa makin panas. Tapi aku suka juga sih kampanye ini, banyak yang lucu-lucu… ga bisa disebutin satu-satu.
Akhirnya,,,, setelah sekian lama aku menunggumu angkot yang kucinta… kau datang menjemputku (sok puitis ya?) hehhee.. Langsung deh aku memimpin mengejar angkot kosong tersebut. Ayo teman-teman naik yukk, walaupun penuh Insha Allah akan sampai di rumah. Tapi ternyata ada pemandangan tak biasa. Sejak kapan Jakarta pindah ke Polewali? Alias sejak kapan Polewali mengenal macetttt…cet…cettt?? Mana suhu dalam angkot panasnya bukan main.. Ya Allah, berilah pertolongan hamba-Mu ini. Ga sampe situ aja, aku harus pulang dengan berjalan kaki dari terminal ke rumah. Matahari sangat terik ditambah perut keroncongan.
Yang paling menantang ialah bagaimana mungkin aku melewati orang-orang ini agar bisa sampai di rumah? Jalan begitu padat. Aku harus berada di tengah-tengah keramaian, terjebak dalam lingkaran suporter yang sangat banyak. Di tengah jalan, aku sempat pusing. Untung aku bisa menguasai diriku. Dan akhirnya, Alhamdulillah aku bisa sampai di rumah. Baju udah basah…untung hari Selasa.
Suasananya ramai banget…rumahku dipenuhi orang, khususnya bagian teras depan. Mereka adalah kerabat ayah. Tak hanya itu, satu lapangan orang berdesakan. Hii.. takut.. bagaimana tidak, artis-artis ibukota yang jadi bintang tamu. Like Cici Paramida, Ikke Nurjannah, Ine Chyntia, Nurdin KDI, Siti KDI. Mereka menggoyang lapangan Gaspol. I just know them. Cici, Siti and Nurdin memang asli Polewali Mandar. Tak heran jika mereka mampu berbahasa mandar.
Sungguh hari ini perjuangan yang sangat berat. Dan aku tak akan melupakan waktu yang kubutuhkan untuk mendapat sebuah angkot. Bayangkan 45 menit. It’s really long time.
The first, my daily activity began in Mathematic’s classroom.
Hmm, pikiranku kacau menulis blog ini. Jadi, begini jalan ceritanya. Pagi tadi, entah kenapa aku sangat mengantuk belajar matematika di kelas. Mungkin karena semalaman bergelut dengan laptop (menyelesaikan tugas diri -- what? Ada dehhhh).. Begini, sekarang kan lagi gempar-gempornya Cagub berkampanye. Nah, hari ini, salah satu Cagub kampanye di lingkungan tempat tinggalku atau dengan kata lain panggung kampanyenya tepat di depan rumahku di Kompleks Gaspol. Suara speaker-nya itu loh yang membangunkan aku. Baru jam 5.30 am, mereka udah bunyiin tuh speaker. Cepat banget kan??
Ya, aku sadari aku begitu mengantuk di kelas. Tapi mataku akhirnya berubah menjadi tajam saat aku harus latihan debat. Capekkkkkk…. 1000 kali capekkkkk.. But I like debating. I like different opinions. Jadi, hariku selama 3 jam di sekolah kuhabiskan untuk latihan debat. Nah, latihan debatnya kan di ruang guru, jadinya bisa perhatiin deh kelakuan guru yang bisa dibilang masih *disensor*. Astagfirullah…
Sekolahku kan punya asisten guru dari AMINEF, namanya Christopher Ward. Yang paling aku ingat tadi siang, aku melihatnya makan makanan asli Indonesia dengan enjoy. Lucu 1000x lucu, karena ia juga makan sambusa, makanan tradisional itu. Heheh.. tabah banget ya orangnya. Ga nyangka loh padahal dia itu muridnya Paman Sam. Selain itu, aku juga dapat masalah. Aku udah dua kali ditemukan oleh guru penegak aturan membawa gelas air mineral masuk ke ruang kelas dan guru. Aku udah diperingati. But, itu kebiasaanku. Aku sering merasa haus. Aku belum bisa terbiasa dengan peraturan baru di sekolah yang menyatakan tidak boleh membawa makanan dan minuman ke dalam kelas. Siapa sih yang buat peraturannya? Dia tidak tahu apa kalau lebih dari 90% tubuh manusia itu adalah air. Perlu belajar biologi tuh.. heheheh.
Terlepas dari kejadian ruang guru dan masalah yang menimpaku, yang paling aneh terjadi saat aku pulang. Bayangkan, aku dan teman-teman harus menunggu angkutan umum selama 45 menit. Why ladies and gentlemen? Hanya ada satu jawaban. Karena di depan sekolah ada kampanye pilgub yang maybe supporter-nya sepanjang 50 km. Wow, begitu panjang kan? Jadinya ga ada angkutan yang bisa lewat. Sumpah, mataku udah kering lototin wajah-wajah suporter yang ga jelas. Udah panas, capek berdiri, banyak debu, complete deh penderitaanku bersama teman-teman. Udah keluar nih ngomel-ngomel ga baik.. hawa makin panas. Tapi aku suka juga sih kampanye ini, banyak yang lucu-lucu… ga bisa disebutin satu-satu.
Akhirnya,,,, setelah sekian lama aku menunggumu angkot yang kucinta… kau datang menjemputku (sok puitis ya?) hehhee.. Langsung deh aku memimpin mengejar angkot kosong tersebut. Ayo teman-teman naik yukk, walaupun penuh Insha Allah akan sampai di rumah. Tapi ternyata ada pemandangan tak biasa. Sejak kapan Jakarta pindah ke Polewali? Alias sejak kapan Polewali mengenal macetttt…cet…cettt?? Mana suhu dalam angkot panasnya bukan main.. Ya Allah, berilah pertolongan hamba-Mu ini. Ga sampe situ aja, aku harus pulang dengan berjalan kaki dari terminal ke rumah. Matahari sangat terik ditambah perut keroncongan.
Yang paling menantang ialah bagaimana mungkin aku melewati orang-orang ini agar bisa sampai di rumah? Jalan begitu padat. Aku harus berada di tengah-tengah keramaian, terjebak dalam lingkaran suporter yang sangat banyak. Di tengah jalan, aku sempat pusing. Untung aku bisa menguasai diriku. Dan akhirnya, Alhamdulillah aku bisa sampai di rumah. Baju udah basah…untung hari Selasa.
Suasananya ramai banget…rumahku dipenuhi orang, khususnya bagian teras depan. Mereka adalah kerabat ayah. Tak hanya itu, satu lapangan orang berdesakan. Hii.. takut.. bagaimana tidak, artis-artis ibukota yang jadi bintang tamu. Like Cici Paramida, Ikke Nurjannah, Ine Chyntia, Nurdin KDI, Siti KDI. Mereka menggoyang lapangan Gaspol. I just know them. Cici, Siti and Nurdin memang asli Polewali Mandar. Tak heran jika mereka mampu berbahasa mandar.
Sungguh hari ini perjuangan yang sangat berat. Dan aku tak akan melupakan waktu yang kubutuhkan untuk mendapat sebuah angkot. Bayangkan 45 menit. It’s really long time.
Comments
Post a Comment