Kemarin adalah hari yang akan aku ingat dalam hidupku.
Ya, aku dan lima orang debater SMAN 1 Polewali telah melewati sebuah petarungan di tingkat kabupaten. Kami telah mengharumkan nama SMAN 1 Polewali. But, sepertinya aku harus menceritakan bagaimana perjalanan kami.
Debaters itu adalah aku, Dimas Prayogi Setyo, Shelyne, Intan Endah Nur, Salehati Mekay, dan Nur Arfah Sarifuddin. Kami berlima telah latihan sejak Ramadhan kemarin. Namun ada saat Dimas menghilang entah mengapa. But tentunya ia harus ikut lagi. Malu dong kalau President of PECC (Pioneer English Conversation Club) ga ikut. Kalau aku sih memegang jabatan sebagai bendahara PECC. Dan Intan sebagai vice president.
Aku, Intan, Een, Mekay, dan Arfah adalah teman sekelas, XI IPA 1. Sedangkan Dimas dari IPA 4. Kami mulai akrab sejak adanya tes asisten kimia.
Beginilah cerita latihan debat kami.
Dua minggu terakhir adalah latihan intensif kami. Setiap hari kami harus melepas pelajaran sekolah agar kami bisa berlatih. Namun, jika ada mata pelajaran yang menyelenggarakan ulangan, tentu saja kami harus ikut. Tapi, satu minggu terakhir harus benar-benar intensif. Datang ke sekolah hanya untuk latihan debat.
Latihan kami penuh dengan warna. Berbagai motion menjadi makanan sehari-hari kami. Yang lucu adalah pada saat case building. Di situlah biasanya Dimas beraksi membuat kami tertawa dengan berbagai leluconnya. Ya benar. Kadang-kadang kami tidak mau se-tim dengan Dimas, karena dia jalan sendiri sih….
Namun, ada satu insiden yang terjadi hari dua minggu kemarin. Kami yang ikut asisten kimia harus mendapat amarah dari pembimbing debat kami. Ya, korban perasaan. Benar juga sih, kami tidak konsisten. No problem. Ya, sudah ada tiga pembimbing yang mengajari kami. Walaupun kami masih belum siap berjuang Kamis ini. Kami terus dipacu mengumpulkan sebanyak-banyaknya data about motion. Yang lucu itu kalau udah latihan debat kan ditentukan siapa pemenangnya. Yang aneh ialah tim Dimas selalu kalah, walaupun udah diutak-atik (sorry Dimas, kenyataannya kan begitu :p). Untuk mempermantap latihan kami, kami harus public speaking di hadapan adik-adik kelas X.
Yang selalu jadi masalah ialah about eye contact. Padahal kami harus meyakinkan adjudicators, bukannya lawan. Hehehe.. Oh iya. Kalau lagi latihan dimana tidak ada audience, Dimas itu ga keluar auranya. Tapi pas lagi banyak audience, wow performance-nya is the best. Aneh tuh anak. Dia terlalu extraordinary. Heheheh… Kata “extraordinary” muncul saat motion tentang Death Penalty. Aku loh pencetusnya, yang sekarang kami pakai sebagai predikat seorang Dimas Prayogi Setyo.
Shelyn yang seorang penggemar Korea saat case building selalu nonton video koreanya. Ya, itulah kegemaran Een. Sedangkan Arfah doyan banget main game. Intan sukanya main facebook. Dimas favoritnya ganggu orang. Mekay ya orangnya ideal. Sedangkan aku orangnya suka tertawa liat mereka.. hahahahah…
Hmm, hari Minggu kemarin kami membahas POI dengan Mr. Christopher Ward. Orangnya lugu banget. Intan sampe jatuh cinta ma dia. Dia memanggilnya dengan sebutan “Bojo” (dalam bahasa Sunda berarti sayang). Biar kagak ketahuan gitu.
Ya, dua hari sebelum competition, kami harus berdebat tentang Money is The King. I like this motion. I’m negative team. Aku se-tim dengan Mekay dan Arfah. Ini sungguh pertarungan. Aura kami terlihat jelas. Ga ada yang malu-malu lagi. Apalagi Dimas yang extraordinary abisssss.. Keesokan harinya kami pergi nonton debat untuk jenjang SMK. Untuk SMA besok diadakannya. Kami hanya melihat sebentar, lalu kembali ke sekolah untuk latihan. Tapi, di depan sekolah ada penjual rujak. Ya tentulah aku beli. Aku kan doyan makan buah. Eits, hehhe,, ada terasinya. Ternyata Dimas ga suka bau terasi. Kerjain deh..
Setelah itu ke kantin. Nanti pak Aldo yang bayar. Itulah kalimat pembayaran kami. Pesan dan makan. Lalu kami dibimbing oleh Ibu Hasmiah. Itu adalah latihan terakhir kami. Ternyata masih banyak kesalahan yang terjadi. Ini gawat, mengingat esok adalah competition. Setelah itu, kami harus mengumpulkan berbagai argumen. Nah, Dimas kan lupa sweeternya di ruang guru. Aku dan Een kerjain dia. Ini tidak bisa dipungkiri. Kami berlima selalu kerjain Dimas. Mulai dari ngambil sepatunya, sembuyiin kunci motornya (sampe-sampe harus lalu-lalang cariin). Sorry ya Dimas. Heheeh…
Sebelum pulang, kami berkumpul dan berdoa. Mudah-mudahan besok adalah kemenangan kami. Amin. Malamnya aku harus tidur larut malam untuk mempermantap argumen dan data. Insya Allah SMAN 1 Polewali bisa.
Keesokan hari. Tanpa lupa meminta doa orang tua, aku melangkahkan kaki. Aku tiba di sekolah. Aku melihat teman-temanku. Kami harus menggunakan almamater. Jadi pengen nangis. Ya, tepat 07.45 kami menuju Kantor Diknas, tepatnya aula Handayani. Namun sebelumnya berdoa dulu. Kami merupakan peserta pertama yang memasuki aula. Pertanda baik. Kami langsung berbagi data. Sekolah lain pun berdatangan. Bakalan tegang nih.
Aku, Mekay, dan Arfah adalah tim A SMAN 1 Polewali. Sedangkan Dimas, Intan, dan Een adalah tim B. Ada kemungkinan kami bakalan ketemu di final. Ya, dimulailah competition ini. Aku mewakili timku harus naik mengambil undian siapa yang bakal menjadi lawan kami. Ternyata aku mengambil nomor 4, berarti lawanku adalah SMAN 1 Campalagian. Posisiku adalah negative team. Sedangkan tim B harus melawan SMAN 3 Polewali. Mereka juga tim B. Motion yang naik adalah THBT Support Death Penalty. I like it. Dataku sangat kuat. Yakin deh bisa menang. Ayah Intan selalu memberi jempol kepada kami.
Memang benar kami berhasil menyisihkan tim lawan tanpa ada perlawanan yang kuat. Begitu pun tim B. Aku terpilih sebagai best speaker, dan Intan di tim B. Kami istirahat sebentar. Lawan kami adalah SMAN 2 Polewali. Kami hanya waspada melawan SMAN Wonomulyo dan Tinambung. Motion yang kedua adalah THBT Prostitution Should Be Legalized. Timku positif. Sebaliknya, tim temanku negative. Pertarungan tak sengit. Kami berhasil lagi menumbangkan tim lawan dengan margin yang jauh. Best speaker masih aku yang pegang, begitu pun dengan Intan. Akhirnya tiba waktu makan siang. Namun sebelumnya kami sholat. Kami mengambil tempat di bawah pohon yang rindang untuk makan. Aku tidak menghabiskan makananku, terlalu tegang mengetahui lawan kami selanjutnya adalah SMAN 1 Tinambung. Sedangkan tim B juga harus berhadapan dengan Wonomulyo. Kami harus optimis.
Setelah itu kami masuk ke aula. Motion selanjutnya ialah THBT Students Should Wear Uniform. I’m negative. Not good. Teman-temanku sudah pulang dari sekolah. Mereka datang untuk menyaksikan perjuangan kami. Dan memang benar, pertarungan kami sengit. Style pembicara ketiga lawan mampu menarik audience. But, content is important. Selain itu, mereka hanya menerima 1 POI kami. Lalu kami diberi waktu 5 menit untuk istirahat. Aku dan tim B berbincang sebentar. Mereka terlihat pesimis. Namun, selangkah lagi kami masuk final. Aku terus berdoa.
Tak lama kemudian, timku dipanggil. Tibalah saat pengumuman. Setelah diberi sedikit arahan, Mr. Christopher mengumumkan best speaker yang berhasil diraih oleh Tinambung. Namun, tetap saja tim kami yang menang. Aku lalu bersorak. Sedangkan tim B masih menunggu keputusan juri. Best speaker diraih oleh Een, namun tim mereka kalah. Kami semua tidak menyangka. Dimas tampak sangat kecewa. Intan dan Een terpaksa harus menangis. Sabar kawan. Aku sempat menangis. Memang, keputusan juri sangat ganjil. Argumen lawan terkesan mendukung argumen temanku. Mereka juga kurang. Cara bicaranya pun tak se-fasih kawanku. Ini benar-benar tidak adil. Namun apa boleh buat. Seandainya saja pengumuman berlangsung bersamaan, tentulah kami akan ketemu di final. Kakak debater sebelumnya memberi kami motivasi.
Aku lalu mengambil undian, menentukan apakah kami positive team or negative team. Ternyata kami positif. Dan motion-nya adalah That National Examination Should Be Abolished. I’m always the first speaker. Aula Handayani gemuruh oleh tepuk tangan audience. Supporter SMAN 1 Polewali memang sangat banyak. Aku merasa lebih berat melawan tim temanku daripada tim Wono ini di final. POI kami mengagetkan pembicara negative. Dia langsung blank dan undertime. Aku, Mekay, dan Arfah tampil sebaik mungkin. Dan yang terakhir tampil adalah replay speech from affirmative team, yaitu aku. Aku menutup argument dengan kalimat “My team will be the winner”. Absolutely, dan tentunya disambut dengan tepuk tangan.
Akhirnya pengumuman. Para juri lebih mengoreksi negative team. Dan akhirnya the best speaker is Me and The Winner is SMAN 1 Polewali. Supporter langsung loncat kegirangan. Senangnya. Kami langsung berpelukan. Congratulation...
Ya, aku dan lima orang debater SMAN 1 Polewali telah melewati sebuah petarungan di tingkat kabupaten. Kami telah mengharumkan nama SMAN 1 Polewali. But, sepertinya aku harus menceritakan bagaimana perjalanan kami.
Debaters itu adalah aku, Dimas Prayogi Setyo, Shelyne, Intan Endah Nur, Salehati Mekay, dan Nur Arfah Sarifuddin. Kami berlima telah latihan sejak Ramadhan kemarin. Namun ada saat Dimas menghilang entah mengapa. But tentunya ia harus ikut lagi. Malu dong kalau President of PECC (Pioneer English Conversation Club) ga ikut. Kalau aku sih memegang jabatan sebagai bendahara PECC. Dan Intan sebagai vice president.
Aku, Intan, Een, Mekay, dan Arfah adalah teman sekelas, XI IPA 1. Sedangkan Dimas dari IPA 4. Kami mulai akrab sejak adanya tes asisten kimia.
Beginilah cerita latihan debat kami.
Dua minggu terakhir adalah latihan intensif kami. Setiap hari kami harus melepas pelajaran sekolah agar kami bisa berlatih. Namun, jika ada mata pelajaran yang menyelenggarakan ulangan, tentu saja kami harus ikut. Tapi, satu minggu terakhir harus benar-benar intensif. Datang ke sekolah hanya untuk latihan debat.
Latihan kami penuh dengan warna. Berbagai motion menjadi makanan sehari-hari kami. Yang lucu adalah pada saat case building. Di situlah biasanya Dimas beraksi membuat kami tertawa dengan berbagai leluconnya. Ya benar. Kadang-kadang kami tidak mau se-tim dengan Dimas, karena dia jalan sendiri sih….
Namun, ada satu insiden yang terjadi hari dua minggu kemarin. Kami yang ikut asisten kimia harus mendapat amarah dari pembimbing debat kami. Ya, korban perasaan. Benar juga sih, kami tidak konsisten. No problem. Ya, sudah ada tiga pembimbing yang mengajari kami. Walaupun kami masih belum siap berjuang Kamis ini. Kami terus dipacu mengumpulkan sebanyak-banyaknya data about motion. Yang lucu itu kalau udah latihan debat kan ditentukan siapa pemenangnya. Yang aneh ialah tim Dimas selalu kalah, walaupun udah diutak-atik (sorry Dimas, kenyataannya kan begitu :p). Untuk mempermantap latihan kami, kami harus public speaking di hadapan adik-adik kelas X.
Yang selalu jadi masalah ialah about eye contact. Padahal kami harus meyakinkan adjudicators, bukannya lawan. Hehehe.. Oh iya. Kalau lagi latihan dimana tidak ada audience, Dimas itu ga keluar auranya. Tapi pas lagi banyak audience, wow performance-nya is the best. Aneh tuh anak. Dia terlalu extraordinary. Heheheh… Kata “extraordinary” muncul saat motion tentang Death Penalty. Aku loh pencetusnya, yang sekarang kami pakai sebagai predikat seorang Dimas Prayogi Setyo.
Shelyn yang seorang penggemar Korea saat case building selalu nonton video koreanya. Ya, itulah kegemaran Een. Sedangkan Arfah doyan banget main game. Intan sukanya main facebook. Dimas favoritnya ganggu orang. Mekay ya orangnya ideal. Sedangkan aku orangnya suka tertawa liat mereka.. hahahahah…
Hmm, hari Minggu kemarin kami membahas POI dengan Mr. Christopher Ward. Orangnya lugu banget. Intan sampe jatuh cinta ma dia. Dia memanggilnya dengan sebutan “Bojo” (dalam bahasa Sunda berarti sayang). Biar kagak ketahuan gitu.
Ya, dua hari sebelum competition, kami harus berdebat tentang Money is The King. I like this motion. I’m negative team. Aku se-tim dengan Mekay dan Arfah. Ini sungguh pertarungan. Aura kami terlihat jelas. Ga ada yang malu-malu lagi. Apalagi Dimas yang extraordinary abisssss.. Keesokan harinya kami pergi nonton debat untuk jenjang SMK. Untuk SMA besok diadakannya. Kami hanya melihat sebentar, lalu kembali ke sekolah untuk latihan. Tapi, di depan sekolah ada penjual rujak. Ya tentulah aku beli. Aku kan doyan makan buah. Eits, hehhe,, ada terasinya. Ternyata Dimas ga suka bau terasi. Kerjain deh..
Setelah itu ke kantin. Nanti pak Aldo yang bayar. Itulah kalimat pembayaran kami. Pesan dan makan. Lalu kami dibimbing oleh Ibu Hasmiah. Itu adalah latihan terakhir kami. Ternyata masih banyak kesalahan yang terjadi. Ini gawat, mengingat esok adalah competition. Setelah itu, kami harus mengumpulkan berbagai argumen. Nah, Dimas kan lupa sweeternya di ruang guru. Aku dan Een kerjain dia. Ini tidak bisa dipungkiri. Kami berlima selalu kerjain Dimas. Mulai dari ngambil sepatunya, sembuyiin kunci motornya (sampe-sampe harus lalu-lalang cariin). Sorry ya Dimas. Heheeh…
Sebelum pulang, kami berkumpul dan berdoa. Mudah-mudahan besok adalah kemenangan kami. Amin. Malamnya aku harus tidur larut malam untuk mempermantap argumen dan data. Insya Allah SMAN 1 Polewali bisa.
Keesokan hari. Tanpa lupa meminta doa orang tua, aku melangkahkan kaki. Aku tiba di sekolah. Aku melihat teman-temanku. Kami harus menggunakan almamater. Jadi pengen nangis. Ya, tepat 07.45 kami menuju Kantor Diknas, tepatnya aula Handayani. Namun sebelumnya berdoa dulu. Kami merupakan peserta pertama yang memasuki aula. Pertanda baik. Kami langsung berbagi data. Sekolah lain pun berdatangan. Bakalan tegang nih.
Aku, Mekay, dan Arfah adalah tim A SMAN 1 Polewali. Sedangkan Dimas, Intan, dan Een adalah tim B. Ada kemungkinan kami bakalan ketemu di final. Ya, dimulailah competition ini. Aku mewakili timku harus naik mengambil undian siapa yang bakal menjadi lawan kami. Ternyata aku mengambil nomor 4, berarti lawanku adalah SMAN 1 Campalagian. Posisiku adalah negative team. Sedangkan tim B harus melawan SMAN 3 Polewali. Mereka juga tim B. Motion yang naik adalah THBT Support Death Penalty. I like it. Dataku sangat kuat. Yakin deh bisa menang. Ayah Intan selalu memberi jempol kepada kami.
Memang benar kami berhasil menyisihkan tim lawan tanpa ada perlawanan yang kuat. Begitu pun tim B. Aku terpilih sebagai best speaker, dan Intan di tim B. Kami istirahat sebentar. Lawan kami adalah SMAN 2 Polewali. Kami hanya waspada melawan SMAN Wonomulyo dan Tinambung. Motion yang kedua adalah THBT Prostitution Should Be Legalized. Timku positif. Sebaliknya, tim temanku negative. Pertarungan tak sengit. Kami berhasil lagi menumbangkan tim lawan dengan margin yang jauh. Best speaker masih aku yang pegang, begitu pun dengan Intan. Akhirnya tiba waktu makan siang. Namun sebelumnya kami sholat. Kami mengambil tempat di bawah pohon yang rindang untuk makan. Aku tidak menghabiskan makananku, terlalu tegang mengetahui lawan kami selanjutnya adalah SMAN 1 Tinambung. Sedangkan tim B juga harus berhadapan dengan Wonomulyo. Kami harus optimis.
Setelah itu kami masuk ke aula. Motion selanjutnya ialah THBT Students Should Wear Uniform. I’m negative. Not good. Teman-temanku sudah pulang dari sekolah. Mereka datang untuk menyaksikan perjuangan kami. Dan memang benar, pertarungan kami sengit. Style pembicara ketiga lawan mampu menarik audience. But, content is important. Selain itu, mereka hanya menerima 1 POI kami. Lalu kami diberi waktu 5 menit untuk istirahat. Aku dan tim B berbincang sebentar. Mereka terlihat pesimis. Namun, selangkah lagi kami masuk final. Aku terus berdoa.
Tak lama kemudian, timku dipanggil. Tibalah saat pengumuman. Setelah diberi sedikit arahan, Mr. Christopher mengumumkan best speaker yang berhasil diraih oleh Tinambung. Namun, tetap saja tim kami yang menang. Aku lalu bersorak. Sedangkan tim B masih menunggu keputusan juri. Best speaker diraih oleh Een, namun tim mereka kalah. Kami semua tidak menyangka. Dimas tampak sangat kecewa. Intan dan Een terpaksa harus menangis. Sabar kawan. Aku sempat menangis. Memang, keputusan juri sangat ganjil. Argumen lawan terkesan mendukung argumen temanku. Mereka juga kurang. Cara bicaranya pun tak se-fasih kawanku. Ini benar-benar tidak adil. Namun apa boleh buat. Seandainya saja pengumuman berlangsung bersamaan, tentulah kami akan ketemu di final. Kakak debater sebelumnya memberi kami motivasi.
Aku lalu mengambil undian, menentukan apakah kami positive team or negative team. Ternyata kami positif. Dan motion-nya adalah That National Examination Should Be Abolished. I’m always the first speaker. Aula Handayani gemuruh oleh tepuk tangan audience. Supporter SMAN 1 Polewali memang sangat banyak. Aku merasa lebih berat melawan tim temanku daripada tim Wono ini di final. POI kami mengagetkan pembicara negative. Dia langsung blank dan undertime. Aku, Mekay, dan Arfah tampil sebaik mungkin. Dan yang terakhir tampil adalah replay speech from affirmative team, yaitu aku. Aku menutup argument dengan kalimat “My team will be the winner”. Absolutely, dan tentunya disambut dengan tepuk tangan.
Akhirnya pengumuman. Para juri lebih mengoreksi negative team. Dan akhirnya the best speaker is Me and The Winner is SMAN 1 Polewali. Supporter langsung loncat kegirangan. Senangnya. Kami langsung berpelukan. Congratulation...
Yeah, you're right. We just give our destiny to Allah SWT.
ReplyDeleteBut, you just can express yourself if you have audience. I think it's "EXTRAORDINARY". Hahahah..
Mr. Simple??? What??? I can't say you are Mr. Simple. You are not same SUJU. :P
Hmm,, Debating Competition full of color. Don't worry you're the third in position. But in my eyes your team is the winner.
Let's go to province and prove that we can be the winner. Amin. Spirit :)
debate competition??
ReplyDeleteI want it again.
I miss when we have exercise together.
I miss you all.
I want to say POI more.
Soorry, Guys. I don't care about your bussiness. all about Korea.