Aku hanya bisa menangis dalam hati, aku tak bisa menumpahkan segala kegalauan hatiku di depan mata sang keluarga. Aku tak bisa menceritakan semua, semua kegundahan yang menggerogoti hatiku. Aku tak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk meredakan tangis yang tak terdengar ini. Aku tak bisa menyeka air mata yang nantinya akan jatuh bila aku melakukannya. Semua yang aku lakukan, aku harap menjadi jawab mengapa diriku selama ini terus menjadi orang yang tertutup. Aku sadari itu. Aku mengalami hal yang paling sulit ketika sesuatu itu membutuhkan saran dari orang-orang di sekitarku. Tapi aku tak pernah punya keberanian berbicara demikian.
Malam ini, sebelum shalat isya, aku merasakan getaran dalam hati yang tak kuduga. Ini bukan mengenai masalah yang harus kuselesaikan. Ini tak menuntuk jawaban. Tapi entah mengapa, saat untuk pertama kalinya mendalam makna lagu yang barusan aku dengar, hatiku bergetar bukan main. Aku sadar, aku sadar, aku sadar. Lagu yang kudengar itu adalah lagu salah satu band ternama negeri ini, Bimbo.
Lagu yang judulnya hanya terdiri dari dua kata yang sekilas hanya bermakna sempit. Tapi penghayatan terhadap lagu itu sungguh memberi dampak yang luar biasa. Ya, lagu itu berjudul “Rindu Rasul”. Ketika aku menulis blog ini, aku tak henti-hentinya menangis. Untung tak ada yang melihat, aku sekarang bisa menangis. Kembali lagi ke lagu itu, aku hanya bisa mengagumi sebuah karya yang berhasil membuatku jadi seperti ini.
Sewaktu mendengar lirik lagu itu, aku langsung tersentak. Setetes air mataku jatuh. Aku memutuskan untuk segera shalat Isya. Pada rakaat pertama, aku membayangkan Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalatku. Subhanallah. Aku lalu menangis dalam shalat. Aku tak bisa mencegahnya. Aku teringat Nabi Muhammad yang telah berjuang mati-matian, membawa kita semua dari kedzaliman, dari kebodohan. Mengingat cerita Nabi berperang, semua itu membuatku bersedih hati. Tak bisa membalas semua perjuangannya.
Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah menurunkan Nabi yang telah menjadi panutan bagi umat manusia. Ya Allah, aku hanya bisa menjadi manusia biasa, yang penuh lumuran dosa, tak pernah sempurna dalam beribadah. Ya Allah, semoga aku bisa setiap saat mengingatMu, mengingat semua perjuangan RasulMu, Ya Allah, Hamba ingin beribadah di jalanMu Ya Allah.
Allahuakbar…
Malam ini, sebelum shalat isya, aku merasakan getaran dalam hati yang tak kuduga. Ini bukan mengenai masalah yang harus kuselesaikan. Ini tak menuntuk jawaban. Tapi entah mengapa, saat untuk pertama kalinya mendalam makna lagu yang barusan aku dengar, hatiku bergetar bukan main. Aku sadar, aku sadar, aku sadar. Lagu yang kudengar itu adalah lagu salah satu band ternama negeri ini, Bimbo.
Lagu yang judulnya hanya terdiri dari dua kata yang sekilas hanya bermakna sempit. Tapi penghayatan terhadap lagu itu sungguh memberi dampak yang luar biasa. Ya, lagu itu berjudul “Rindu Rasul”. Ketika aku menulis blog ini, aku tak henti-hentinya menangis. Untung tak ada yang melihat, aku sekarang bisa menangis. Kembali lagi ke lagu itu, aku hanya bisa mengagumi sebuah karya yang berhasil membuatku jadi seperti ini.
Sewaktu mendengar lirik lagu itu, aku langsung tersentak. Setetes air mataku jatuh. Aku memutuskan untuk segera shalat Isya. Pada rakaat pertama, aku membayangkan Nabi Muhammad SAW menjadi imam shalatku. Subhanallah. Aku lalu menangis dalam shalat. Aku tak bisa mencegahnya. Aku teringat Nabi Muhammad yang telah berjuang mati-matian, membawa kita semua dari kedzaliman, dari kebodohan. Mengingat cerita Nabi berperang, semua itu membuatku bersedih hati. Tak bisa membalas semua perjuangannya.
Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah menurunkan Nabi yang telah menjadi panutan bagi umat manusia. Ya Allah, aku hanya bisa menjadi manusia biasa, yang penuh lumuran dosa, tak pernah sempurna dalam beribadah. Ya Allah, semoga aku bisa setiap saat mengingatMu, mengingat semua perjuangan RasulMu, Ya Allah, Hamba ingin beribadah di jalanMu Ya Allah.
Allahuakbar…
Comments
Post a Comment